8/05/2012

30 Cara Melembutkan Hati

Hadis riwayat Aisyah ra. istri Nabi saw.:
Rasulullah saw. bersabda: Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang bersikap lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang bersikap keras dan kepada yang lainnyaKita tidak lalai akan do'a yang satu ini : "Ya Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah diriku dalam Agama-Mu dan dalam Ketaatan kepada-Mu".

Begitulah, menjaga kondisi hati untuk senantiasa istiqomah berada di jalan Allah, senantiasa bersih dari segala kotoran dan lembut dari segala kekerasan (hati), tidaklah mudah. Kesibukan dan rutinitas kita yang menguras tenaga dan pikiran, serta interaksi yang terus menerus dengan masalah duniawi, jika tidak diimbangi dengan "makanan-makanan" hati, terkadang membuat hati menjadi keras, kering, lalu mati... Padahal sebagai seorang mukmin, dalam melihat berbagai macam persoalan kehidupan, haruslah dengan mata hati yang jernih.

Untuk itu, beberapa nashehat berikut patut kita renungi dalam upaya melembutkan hati. Kita hendaknya senantiasa:
1. Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba sebelum kita sempat bertaubat.
2. Takut tidak menunaikan hak-hak Allah secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak Allah
     itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan
     syaithan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat Allah pada diri kita.
5. Takut akan balasan siksa yang segera di dunia, karena maksiat yang kita lakukan.
6. Takut mengakhiri hidup dengan su'ul khatimah.
7. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul maut.
8. Takut menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur.
9. Takut akan adzab dan prahara di alam kubur.
10. Takut menghadapi pertanyaan hari kiamat atas dosa besar dan dosa kecil yang kita
      lakukan.
11. Takut melalui titian yang tajam. Sesungguhnya titian itu lebih halus daripada rambut
      dan lebih tajam dari pedang.
12. Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
13. Perlu mengetahui tentang dosa dan aib kita.
14. Takut terhadap nikmat Allah yang kita rasakan siang dan malam sedang kita tidak
       bersyukur.
15. Takut tidak diterima amalan-amalan dan ucapan-ucapan kita.
16. Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan membiarkan kita sendiri.
17. Kekhawatiran kita menjadi orang yang tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada hari
       timbangan ditegakkan.
18. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita, anak-anak, keluarga, suami dan harta
      kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan jangan kita bersandar dalam memperbaiki
      urusan ini kecuali pada Allah.
19. Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya' ke dalam hati, karena terkadang riya' itu
      memasuki hati kita, sedang kita tidak merasakannya. Hasan Al Basri rahimahullah
      pernah berkata kepada dirinya sendiri. "Berbicaralah engkau wahai diri.
      Dengam ucapan orang sholeh,   yang qanaah lagi ahli ibadah. Dan engkau melaksanakan amal
      orang fasik dan riya'. Demi Allah, ini bukan sifat orang mukhlis".
20. Jika kita ingin sampai pada derajat ikhlas maka hendaknya akhlak kita seperti akhlak
      seorang bayi yang tidak peduli orang yang memujinya atau membencinya.
21. Hendaknya kita memiliki sifat cemburu ketika larangan-larangan Allah diremehkan.
22. Ketahuilah bahwa amal sholeh dengan keistiqomahan jauh lebih disukai Allah daripada
       amal sholeh yang banyak tetapi tidak istiqomah dengan tetap melakukan dosa.
23. Ingatlah setiap kita sakit bahwa kita telah istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat
      dan akan menemui Allah dengan amalan yang buruk.
24. Hendaknya ketakutan pada Allah menjadi jalan kita menuju Allah selama kita sehat.
25. Setiap kita mendengar kematian seseorang maka perbanyaklah mengambil pelajaran
      dan nasihat. Dan jika kita menyaksikan jenazah maka khayalkanlah bahwa kita yang
      sedang diusung.
26. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa Allah menjamin rezeki kita
      sedang hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu yang ia kumpul-kumpulkan. Dan
      menyatakan sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia, sedang kita tetap
      mengumpul-ngumpulkan harta dan tidak menginfakkannya sedikit pun, dan
      mengatakan bahwa kita pasti mati padahal dia tidak pernah ingat mati.
27. Lihatlah dunia dengan pandangan I'tibar (pelajaran) bukan dengan pandangan
      mahabbah (kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
28. Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat menghadapi cobaan dunia. Lantas apakah kita
      sanggup menghadapi panasnya jahannam?
29. Di antara akhlak wanita mu'minah adalah menasihati sesama mu'minah.
30. Jika kita melihat orang yang lebih besar dari kita, maka muliakanlah dia dan katakana
      kepadanya, "Anda telah mendahului saya di dalam Islam dan amal sholeh maka dia
      jauh lebih baik di sisi Allah. Anda keluar ke dunia setelah saya, maka dia lebih baik
      sedikit dosanya dari saya dan dia lebih baik dari saya di sisi Allah."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar