Hewan yang Manusiawi vs Manusia yang Hewani
August14, 2012
Saat ini nama-nama hewan semakin top di dunia manusia. Media cetak
dan elektronik di dunia manusia sering mempopulerkan nama-nama hewan.
Sebut saja teri dan kakap. Tahun lalu cicak dan buaya yang jadi
pembicaraan hangat. Selain kedua hewan tersebut, masih banyak lagi nama
hewan lainnya yang populer di dunia manusia seperti monyet, kunyuk,
tikus, kampret, anjing, cecunguk dan kroco. Nama-nama hewan tersebut
kerap kali kita dengar untuk suatu cacian yang tidak enak didengar oleh
telinga. Apakah memang benar hewan-hewan yang disebutkan itu memiliki
perilaku yang buruk, seburuk seperti penggunaannya di dunia manusia?
Padahal sebenarnya manusia yang berperilaku lebih rendah dari
hewan-hewan tersebut.
Umpatan dan cacian tak lepas dari percakapan di dunia manusia. Baik
yang terucap di bibir maupun hanya sekedar umpatan dalam hati. Saya jadi
tak tega melihat nama-nama hewan tersebut semakin populer di dunia
manusia. Jika memang hewan-hewan itu tahu nama mereka akan dijadikan
cacian di dunia manusia mungkin tak ada hewan yang mau diciptakan jadi
monyet, anjing, kampret, dsb. Mereka lebih baik memilih jadi hewan yang
namanya tak dijadikan bahan umpatan seperti Elang, Merpati, Penguin,
dsb.
Sebagian orang senang mengumpat dengan menyebut anjing, tapi dari pengamatan saya perilaku hewan ini tak seburuk seperti apa yang diucapkan oleh manusia. Bahkan kesetiaan hewan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kesetiaan manusia. Cecunguk digunakan untuk melecehkan seseorang. Tapi tahukah kita siapa cecunguk sebenarnya? Cecunguk adalah kecoa, lipas atau coro. Dalam dunianya, cecunguk termasuk hewan yang tahan banting, dan konon merupakan salah satu hewan purba yang masih ada di zaman modern ini karena kemampuan adaptasinya yang bergitu tinggi. Monyet seringkali dipergunakan untuk mengumpat fisik seseorang. Tapi tak ada satupun manusia di dunia ini yang mampu membuat monyet. Manusia hanya mampu membuat boneka monyet. Mengumpat dengan kata monyet ataupun hewan lainnya sama juga artinya dengan mengumpat ciptaan Tuhan.
Sebagian orang senang mengumpat dengan menyebut anjing, tapi dari pengamatan saya perilaku hewan ini tak seburuk seperti apa yang diucapkan oleh manusia. Bahkan kesetiaan hewan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kesetiaan manusia. Cecunguk digunakan untuk melecehkan seseorang. Tapi tahukah kita siapa cecunguk sebenarnya? Cecunguk adalah kecoa, lipas atau coro. Dalam dunianya, cecunguk termasuk hewan yang tahan banting, dan konon merupakan salah satu hewan purba yang masih ada di zaman modern ini karena kemampuan adaptasinya yang bergitu tinggi. Monyet seringkali dipergunakan untuk mengumpat fisik seseorang. Tapi tak ada satupun manusia di dunia ini yang mampu membuat monyet. Manusia hanya mampu membuat boneka monyet. Mengumpat dengan kata monyet ataupun hewan lainnya sama juga artinya dengan mengumpat ciptaan Tuhan.
Jika kita mau mempelajari kehidupan hewan. Banyak pelajaran yang bisa
kita dapatkan. Setiap hewan bertindak sesuai dengan peran dan fungsinya
masing-masing berdasarkan nama yang diberikan dalam bahasa manusia.
Anjing tidak akan pernah melakukan peran sebagai tikus, monyet dan
kakap, demikian pula sebaliknya. Tapi di dunia manusia, ada
manusia-manusia yang mendapatkan umpatan dan cacian dalam berbagai nama
hewan. Dicaci sebagai penjahat kelas kakap, tikus rakus, kampret, dsb.
Betapa menyedihkan manusia seperti itu. Disamping ia tidak dapat
melakukan perannya sebagai manusia yang memiliki akal dan budi pekerti,
lingkungan sosial semakin menjatuhkan harga dirinya dengan sebutan
nama-nama hewan.
Lingkungan sosial dan hewan tidak bersalah, tapi yang jelas bersalah
adalah manusia yang melakukan perbuatan yang jauh lebih rendah dari
perilaku hewan. Manusia seperti ini adalah manusia-manusia hewani, yang
sesungguhnya memang layak menyandang nama tersebut. Sebaliknya
perilaku-perilaku hewan yang dijadikan umpatan di dalam dunia manusia
justru lebih manusiawi.
Kehidupan hewan murni hanya didorong oleh motivasi untuk melestarikan
kehidupannya (makan dan berkembang biak). Anjing tidak akan pernah
merasa iri dan dengki dengan merpati karena tak bisa terbang. Merpati
juga tak akan pernah iri dengan lumba-lumba yang bisa berenang di lautan
luas. Monyet tak akan pernah punya keinginan untuk hidup di rumah
mewah. Mekanisme kehidupan di dunia hewan hanya sebatas pada rantai
makanan. Bagaimana dengan manusia? Kehidupan manusia jauh lebih
kompleks. Konteks sosial yang menaungi kehidupan manusia memiliki
pengaruh yang amat kuat. Pengaruh inilah yang seringkali membuat manusia
bertindak jauh lebih rendah dari hewan.
Manusia yang diumpat dengan nama-nama hewan jelas memiliki perilaku
yang telah meresahkan lingkungan sosial. Tetapi jangan lupa kita yang
mencaci perilaku orang-orang tersebut juga telah berdosa karena menghina
nama hewan tersebut. Ada baiknya ketika kita sedang dilanda kemarahan
dan kemudian khilaf mencaci seseorang dengan nama-nama hewan. Sebaiknya
dari hati yang terdalam minta izin dan minta maaflah kepada hewan yang
telah kita hinakan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar