ZAKAT FITRAH
Batudaa, 14/08/2012 10:24, Repost : Mukhtar J. Poel
Zakat fitrah adalah wajib atas setiap muslim dan muslimah. Berdasar
hadits berikut, Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. telah
memfardhukan (mewajibkan) zakat fitrah satu sha’ tamar atau satu sha’
gandum atas hamba sahaya, orang merdeka, baik laki-laki maupun
perempuan, baik kecil maupun tua dari kalangan kaum Muslimin; dan beliau
menyuruh agar dikeluarkan sebelum masyarakat pergi ke tempat shalat
‘Idul Fitri.” (Muttafaqun ‘alaih : Fathul Bari III :367 no:1503, Muslim
II: 277 no:279/984 dan 986, Tirmidzi II : 92 dan 93 no: 670 dan 672,
‘Aunul Ma’bud V:4-5 no: 1595 dan 1596, Nasa’i V:45, Ibnu Majah I: 584
no:1826 dan dalam Sunan Ibnu Majah ini tidak terdapat “WA AMARA BIHA…”).
Hikmah Zakat Fitrah
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat
fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang
sia-sia dan yang kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin.
Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum (selesai) shalat ‘id, maka itu
adalah zakat yang diterima (oleh Allah); dan siapa saja yang
mengeluarkannya sesuai shalat ‘id, maka itu adalah shadaqah biasa,
(bukan zakat fitrah).” (Hasan : Shahihul Ibnu Majah no: 1480, Ibnu Majah
I: 585 no: 1827 dan ‘Aunul Ma’bud V: 3 no:1594).
Siapakah Yang Wajib Mengeluarkan Zakat Fitrah
Yang wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah orang muslim yang merdeka
yang sudah memiliki makanan pokok melebihi kebutuhan dirinya sendiri dan
keluarganya untuk sehari semalam. Di samping itu, ia juga wajib
mengeluarkan zakat fitrah untuk orang-orang yang menjadi tanggungannya,
seperti isterinya, anak-anaknya, pembantunya, (dan budaknya), bila
mereka itu muslim.
Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. pernah memerintah
(kita) agar mengeluarkan zakat untuk anak kecil dan orang dewasa, untuk
orang merdeka dan hamba sahaya dari kalangan orang-orang yang kamu
tanggung kebutuhan pokoknya.” (Shahih : Irwa-ul Ghalil no: 835,
Daruquthni II:141 no: 12 dan Baihaqi IV: 161).
Besarnya Zakat Fitrah
Setiap individu wajib mengeluarkan zakat fitrah sebesar setengah sha’
gandum, atau satu sha’ kurma, atau satu sha’ kismis, atau satu sha’
gandum (jenis lain) atau satu sha’ susu kering, atau yang semisal dengan
itu yang termasuk makanan pokok, misalnya beras, jagung dan semisalnya
yang termasuk makanan pokok.
Adapun bolehnya mengeluarkan zakat fitrah dengan setengah sha’
gandum, didasarkan pada hadits dari ‘Urwah bin Zubair r.a., (ia
bertutur), “Bahwa Asma’ binti Abu Bakar r.a. biasa mengeluarkan (zakat
fitrah) pada masa Rasulullah saw., untuk keluarganya yaitu orang yang
merdeka di antara mereka dan hamba sahaya – dua mud gandum, atau satu
sha’ kurma kering dengan menggunakan mud atau sha’ yang biasa mereka
mengukur dengannya makanan pokok mereka.” (ath-Thahawai II:43 dan lafadz
ini baginya).
Adapun bolehnya mengeluarkan zakat fitrah satu sha’ selain gandum
yang dimaksud di atas, mengacu kepada hadits dari Abu Sa’id al-Khudri
r.a. ia berkata, “Kami biasa mengeluarkan zakat fitrah satu sha’
makanan, atau satu sha’ gandum (jenis lain), atau satu sha’ kurma
kering, atau satu sha’ susu kering, atau satu sha’ kismis. (Muttafaqun
‘alaih : Fathul Bari III:371 no: 1506, Muslim II:678 no:985, Tirmizi II:
91 no :668, ‘Aunul Ma’bud V:13 no:1601, Nasa’i V:51 dan Ibnu Majah
I:585 no:1829).
Dalam Syarah Muslim VII:60 Imam Nawawi menegaskan, “Menurut mayoritas
fuqaha tidak boleh mengeluarkan zakat fitrah dengan harganya (bukan
berupa makanan pokok).”
Menurut hemat penulis sendiri, pendapat Imam Abu Hanifah r.a. yang
membolehkan mengeluarkan zakat dengan harganya tertolak, karena ayat
Qur’an mengatakan yang artinya, “Dan Rabbmu tidak pernah lupa.” (Maryam :
64).
Andaikata mengeluarkan zakat fitrah dengan harganya atau uang
dibolehkan dan dianggap mewakili, sudah barang tentu Allah Ta’ala dan
Rasul-Nya menjelaskannya. Oleh karena itu, kita wajib mencukupkan diri
dengan zhahir nash-nash syar’I, tanpa memalingkan (maknanya) dan tanpa
pula memaksakan diri untuk mentakwilkan.
Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata, “Rasulullah saw. pernah memerintah
(kami) agar zakat fitrah dikeluarkan sebelum orang-orang berangkat ke
tempat shalat “Idul Fitri”. (Takhrij haditsnya lihat pembahasan Hukum
Zakat Fitrah, beberapa halaman sebelumnya).
Bagi yang punya, boleh mengeluarkan zakat fitrah satu atau dua hari
sebelum ‘Idul Fitri. Sebab ada riwayat dari Nafi’, berkata, “Adalah Ibnu
Umar r.a. menyerahkan zakat fitrah kepada orang-orang yang berhak
menerimanya; dan kaum Muslim yang wajib mengeluarkan zakat
mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum ‘Idul Fitri.” (Shahih :
Fathul Bari III:375 no:1511).
Haram menunda pengeluaran zakat fitrah hingga di luar waktunya, tanpa
adanya udzur syar’i. Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw.
telah memfardhukan zakat fitrah (atas kaum Muslimin) sebagai pembersih
bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kotor, dan sebagai
makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya
seusai shalat ‘Idul Fitri’, maka dari itu termasuk shadaqah biasa.”
(Nash hadits ini sudah termaktub dalam pembahasan Hikmah Zakat Fitrah).
Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah
Zakat Fitrah hanya dialokasikan kepada orang-orang miskin saja. Ini
didasarkan pada Sabda Nabi saw. yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas
r.a., “Sebagai makanan bagi orang-orang miskin.” (Teks Arabnya termuat
dalam pembahasan Hikmah Zakat Fitrah).
Shadaqah Tathawwu’
Sangat dianjurkan memperbanyak shadaqah tathawwu’, (shadaqah sunnah).
Berdasar firman Allah SWT, “Perumpamaan (infak yang dikeluarkan oleh)
orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir;
seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(Al-Baqarah:261).
Juga berdasarkan sabda Nabi saw., “Tidak ada suatu ketika segenap
hamba berada di pagi hari melainkan dua puluh malaikat akan turun lalu
salah seorang di antara keduanya berkata, Ya Allah berilah ganti kepada
orang tersebut berinfak itu, dan yang lain berdo’a (juga), Ya Allah
berilah kerusakan kepada orang yang enggan berinfak itu).” (Muttafaqun
‘alaih : Fathul Bari III:304 no: 1442 dan Muslim II : 700 : 1010).
Dan orang yang paling utama memperoleh shadaqah ialah keluarganya dan
kerabatnya. Rasulullah saw. menegaskan, “Sedekah yang diberikan kepada
orang miskin adalah berfungsi sebagai shadaqah, sedang yang diberikan
kepada kerabat (mempunyai) dua fungsi; sebagai shadaqah dan sebagai
silaturrahmi (penyambung hubungan rahim).” (Shahih : Shahihul Jami’us
Shaghir no : 3835 dan Tirmidzi II: 84 no: 653).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar